sejak kecil aku dikenal sebagai seorang gadis kecil yang ceria, pemberani, cerewet, centil dan penuh percaya diri. Muara enim kota kecilku yang indah yang kaya akan sumber daya alam yang berlimpah telah membentuk karakter dan kepribadianku. Aku kembali ke kota itu, saat usiaku telah menginjak usia 4 tahun, tepat setelah ayahku menyelesaikan kuliahnya. kami sekeluarga memulai kehidupan baru kami disebuah rumah kecil yang telah disiapkan oleh nenekku sebelum kami tiba di kota kelahiranku itu.
Dirumah inilah semua kisah bermula, Rumah mungil dengan fasilitas nomor satu alias serba satu, kamar satu, dapur kecil satu, kamar mandi satu, dan ruang tamu satu. dan satu hal yang paling unik dari rumah itu adalah adanya lubang yang cukup besar di dinding depan rumahku, dining itu kemudian ditutup ayahku dengan papan. rumah kami memang sangat mungil tapi halaman rumahku sangatlah luas, dipenuhi hamparan rumput jepang dengan pohon jambu biji didekat sumur dan dua pohon jambu air membuat halaman rumahku menjadi surga bermain bagi semua anak kecil di lorong rumahku.
seperti halnya anak kecil lainnya aku juga mulai mengecap indahnya pendidikan taman kanak-kanak diusiaku yang 4 tahun akupun didaftarkan dikelas nol kecil tk perwanida.
aku masih ingat nama kepala sekolahku saat itu adalah ibu cik yun, beliau adalah orang yang berjasa mempercepat proses pendidikanku. bagaimana ceritanya??? ini dia !
semua berawal dari kecemasan ibuku yang melihat pesatnya pertumbuhan fisikku, meski baru berusia 4 tahun aku adalah anak terbesar di kelasku maka demi melihatku yang bertubuh bongsor ibukupun memohon keringanan untuk memindahkah aku langsung kekelas nol besar. agar kelak aku tidak menjadi siswa terbesar dikelas. denga alsan itulah kemudian program akselerasiku dimulai, akupun didaulat untuk pindah ke kelas nol besar.
sejak kecil aku sudah tergolong sebagai anak yang banci tampil, disetiap kesempatan aku selalu ingin tampil kedepan, karir kenarsisanku dmulai dengan puisi yang dikarang ayahku untukku. sebuah puisi yang kukumandangkan diatas meja guru disaksikan seluruh teman sekelas dan guru2ku yang lain. sebuah puisi yang menyadarkan ayahku betapa narsisnya, dan betapa sesugguhnya bakatku adalah BICARA... i born to be a public speaker !! many years later bakat inilah yang kemudian membawaku kesemua mozaik-mozaik terindah dalam hidupku, bakat ini adalah anugrah terindah yang dianugrahkan allah padaku hambanya yang dhoif, sebuah bakat yang harus kusadari, dan kusyukuri
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar