Adalah tugas pak tanenji, dosen filsafat pendidikan yang kemudian membuatku peka terhadap senyuman, terutama jika senyum itu kudapat atau kuberikan pada orang yang tak kukenal, ungkapan senyum adalah ibadah, dan bahwa senyum membuat kita dan orang lain bahagia mungkin benar adanya karena kala itu aku pribadi mulai merasakan betapa senyum, satu garis melengkung hasil kolaborasi, bibir dan pipi bisa begitu menghangatkan hati.
Suatu hari ditanggal 8 desember 2008, bertepatan dengan hari raya idul adha, aku bermaksud pergi ke Klender untuk mengunjungi pamanku, aku berangkat dengan bis Kowanbisata 512, bis yang terkenal dengan keleletannya beruntung meski hari cukup panas situasi lalu lintas tidak terlalu padat sehingga perjalananku bisa dibilang mulus-mulus saja.
Sekitar pukul 2 siang akupun sampai diterminal pulogadung, dari terminal aku naik angkot 27 jurusan kampung melayu, didalam angkot belum kutebar satu senyumpun, kalau-difikir-fikir sayang juga mengapa saat itu aku tidak mensedekahkan satu senyuman, yah tapi apa mau dikata yang sudah lewat ya biarin lewat aja..
Sampai di Klender kulanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki saat inilah kisah 10 senyum ini kumulai, diperjalanan memasuki gang menuju rumah pamanku aku berjumpa dengan wanita paruh baya, wanita itu memakai daster khas ibu rumah tangga dengan rambut dikuncir karet seadanya, wanita itu memegang sapu lidi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar